Jumat, 18 Februari 2011

Fitoremediasi

Fitoremediasi, merupakan upaya remediasi tanah, air maupun sedimen yang tercemar polutan dengan menggunakan tanaman untuk mengolah bahan pencemar. Fitoremediasi lebih tepat digunakan untuk lokasi tercemar dangkal, dengan satu atau lebih dari lima aplikasi yang diketahui; seperti Fitotransformasi, Rhizosfer bioremediasi, Fitostabilisasi, Fitoekstraksi, atau Rhizofiltrasi.

Fitoremediasi memiliki keunggulan dari tehnologi remediasi lainnya, seperti biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah, keunggulan dari segi estetika, tidak memerlukan pemeliharaan yang sulit, dan aplikasi penanganan limbah dengan periode operasi yang lebih panjang. Untuk lahan tercemar yang sangat luas, pada saat tehnologi remediasi lain, memerlukan biaya yang sangat besar dan tidak praktis, fitoremediasi memberikan solusi penanganan terbaik.

Tanaman memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan dengan konsentrasi bahan pencemar yang relatif tinggi, dan dalam beberapa kasus tanaman dapat dengan cepat mengangkat, dan mengubah secara kimia, senyawa beracun menjadi lebih tidak beracun. Selain itu, sebagai tambahan tanaman juga dapat menstimulasi dan mempercepat degradasi bahan organik, dengan memberikan lingkungan yang memadai untuk tumbuh dan munculnya mikroba tertentu yang berfungsi mengolah bahan pencemar, dengan memberikan nutrisi, suplai oksigen, dan senyawa karbon lainnya, melalui sistem perakaran tanaman. Pada lahan tercemar logam berat, tanaman berlaku sebagai fitoekstraksi ( dengan mengangkat dan mengkonversi kontaminan ke dalam biomassa tanaman ), memfilter logam-logam berat dalam limbah cair yang melalui sistem perakaran tanaman ( rhizofiltrasi ), atau menstabilkan lahan tercemar dari erosi dan menghindari evapotranspirasi secara berlebihan sejumlah besar air yang terkandung dalam lahan tercemar ( fitostabilisasi ).

Lebih lanjut tentang: Phytoremediation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar